(ʃƪ˘ﻬ˘)""Kata aQ

Sabtu, 18 Agustus 2012

Cinta Dalam D0a



             


   Bu.!!.” aku ingin baju baru Bu..!!.”. kata-kata itu meluncur dari wajah lugu si kecil yang menatap penuh harap. Seraya menggayut Ibu-nya, ia terus merengek memaksa Ibu merespon permintaanya.

        “Bu ! Bentar lagi Lebaran Bu…!!.” Kembali tatapan polos itu menari di depan wajah  perempuan berwajah sayu..

           “Iya Nak..!! Yang sabar Ya??. Ibu Usahain…!!.”  Sangkalan itu mengalir lemas dari lisan yang sebenarnya Enggan merespon. Airmata yang menggenag menegaskan akan perasaan berat dan iba yang menggunung. Dibelainya ubun-ubun Si Kecil beberapa kali.  Ditatapanya Baju anaknya yang sudah Lusuh dan tak layak pakai. Namun apa daya. Ia hanya seorang Pinggiran yang terdiskriminasi oleh hidup dan keadaan. Makan-pun susah, apalagi untuk membeli pakaian baru. Untuk Lebaran”. Ia mengelus dada.

            “Mas ..!! Kemana kau saat ini Mas??.!! Apakah Kau masih hidup??. Apa kau bisa melihat Anak kita merengek Sedih demi sebuah Baju Lebaran??!!. Aku merindukanmu.! Ya Allah Pertemuakn kami untuk sebuah Bahagia…!! ”. Doa itu mengalir sendu dibait-bait kata yang Berat. Hening memaksanya untuk menumpahkan tangisan. Hatinya yang penuh dengan sesak semakin ingin meronta hebat. Suaminya hilang sejak peristiwa Tsunami itu. Memaksanya untuk menapaki episode hidup bersama seorang anaknya yang selamat. Menapaki  lembaran Hidup menjadi seorang peengemis yang hina dimata Manusia.

            Retno. Begitu orang mengenalnya. Pagi yang dingin tak menyurutkan langkahnya. Berjalan  mengais rizki. Menapaki setiap jajalanan berbatu bersama tangisan pilu yang terus mendengung. Lalu langkah itu menghantarkanya pada suatu keramaian yang sering ia lalui. Disitulah ia Bekerja. Menadahkan tangan mengharap belas kasih dari hati-hati yang iba.

         Dengan bersila, ia  menunggu dari setiap sosok yang lewat didepanya. Setelah itu tanganya yang bergetar mulai ia hulurkan dengan penuh harap. Malu dan pilu bukan halangan demi sebuah baju lebaran Si Kecil. Kesabranya seperti terbentang lulas didalam dada.Kemudian ia menekan-nekan rasa jengahnya jika kaki-kaki yang melintas hanyalah menggetarkan kerudungya yang sudah lusuh. Hingga jadilah perasaan itu selembaran tipis dihatinya.

          “Pak Shodaqoh-nya Pak..!!.” Untuk beli baju lebaran Anak saya..!!.”. tangan itu menadah penuh harap dihadapan lelaki berdasi rapi. Lelaki itu sekilas menapaki wajahnya. Hingga beberapa detik kemudian wajahnya berubah bengis dan mengepakan tanganya kearah Retno. Sebuah penolakan.  Harapan itu pupus bersama berlalaunya sosok itu dari hadapanya. Namun semangat orang pinggiran belumlah luntur. Ia menghela nafas panjang.

          “Eh tahu diri donk..!! Gue susah-susah kerja, Loe bisanya Minta..!!.Dasar Manusia jalang..!!.” Cacian itu mencair menjadi butiran garam yang menghujami luka. Sangat perih. Ia tetap duduk tengadah. Sambil menangis.  ia memandangi langit yang kelam. Hingga  suasana itu melarutkanya menjadi gerimis dan menjadikan hatinya semakin basah. Begitu beratnyakah hidup sebagai  seorang pengemis..??.” Ia menangis.


                                                          *********************
            “Bu..!! Udah beli Baju-nya belum??.!.” Kembali si kecil menanyakan hal itu. Retno diam tanpa komentar. Hanya mengangguk. Hari ini ia hanya mendapatkan penghasilan  Rp. 2500 dari hati-hati yang iba. Sedangkan satu seragam baju untuk anaknya sekitar Rp.150.00. Ia kembali menghela nafas panjang. Tak kuasa mendengar sikecil bertanya hal itu terus-menerus.  Rengekan itu menciptakan sebuah kubah nestapa. Hanya menganggukan nista dan dusta dibawah kepalsuan yang ada.

            Pagi ini, Retno mengajak sikecil untuk mengemis. Kali ada orang yang iba melihatnya. Ia duduk disamping masjid besar dipinggir pasar. Setelah jamaah berhambur keluar,Ia beraksi. Masih dengan sikecil yang berusia tiga tahun yang dipangkunya. Tanganya mulai bergerak merayu dengan lipatan kesabaran Yang ia sisakan untuk menghempas jengah. Tetap saja ia hanya menemukan angin yang menampar wajahnya dan menggetarkan kerudung lusuhnya. Diikuti dengan langkah kaki yang menjauh.

             Serartus,Duaratus uang recehan masuk dikantong plastik yang menggantung ditangaya. Kalimat doa dan segunung harapan tak pernah surut dari kekuatan hati untuk tetap mempertahankan hidup.Dilihatnya anak-anak kota yang berjalan riang bersama orangtuanya. Mereka sangat bahagia. Pemandangan itu sekaligus menjadi tamparan untuk dirinya. Mengapa ia tak bisa membahagiakan anaknya?? Sekedar membeli baju lebaran??. Ia mencium kening sikecil beberapa kali. Menangis dalam hati.

                                                                 ***************************

              Takbir membelah malam. Suara keagugungan menggema disetiap sudut tempat. Malam yang seharusnya hening, menjelma mamenjadi keramaian yang indah. Seluruh alam memuji. Pasir dilautan kelu bertasbih, Ombak samudra  tenang berzikir . suara-suara itu syahdu membelah angkasa. hingga menggetarkan langit-langit tuhan..    suara itu terus mendayu indah,menyentuh hati Retno.

              “Bu..!! Mana baju barunya..??.”. jeritan sikecil mulai menyayat hati.  Kata-katanya Keluar mulai merayu menenagkanya. Si kecil menangis dibalik bantal. Menginginkan baju lebaran. Matanya sudah sembab sedari tadi. Retno hanya bisa menatapnya dengan penuh tangisan. Tak tega melihat sikecil seperti itu. Si Kecil butuh hak untuk gembira pagi esok. Biarkanlah Ia berselimut ceria dilingkaran hidup yang nyata. Tetapi sekali lagi tercipta dusta nestapa , penuh nista dan duta didalam sebuah kepalsuan. Semua itu hanya keinginan. Tak dapat aku memenuhinya..!.”  Ia menangis.

                 Malam semakin larut. Namun takbiran belum juga usai. Sikecil tetap menangis tersedu-sedu dibalik diam-nya. Retno tahu, hati sei Kecil  meronta keras atas ketiadaan baju lebaran itu. Retno bingung harus berbuat apa. Sikecil terus menyembunyikan kekecewaanya melalui airmata. Airmata itu menyihir batinya untuk luluh dan ikut menangis. Maafkan Ibu Nak.!!. Ibu nggak bisa berbuat lebih untuk hari bahagiamu..!!.”. tangisan itu akhirnya tumpah juga. Serasa semua  kesedihan itu ingin segera terhapus bersih membaur ke semesta, menatap laju kurnia sinar tuhan. Melukiskan kehidupan baru seindah syurga. Malam semakin dingin, namun tangisan sikecil tak reda hingga sang fajar-pun menwawarkan hari yang baru. Hari bahagia untuk seluruh manusia. Namun tidak untuk sikecil.

                                                                *******************

               Kuncup bunga bermekaran. Pepohonan berbaris tersenyum disepanjang jalan. Burung-burung bernyaynyi riang, menyambut hari Idul fitri. Sungai-sungai bersih mengalir indah bersama dedaunan yang gugur lemah terbawa tarian air. Di ujung sana,mentari tersenyum anggun.melambai dibalik pepohonan yang rindang. Terus berjalan pelan bersama-awan-awan yang bersih. Pagi yang suci,.


            “Mas….!! Aku merindukanmu disini..!! Lihatlah anak kita Tak ceria..!! Tenanglah Engkau disana Ya Mas..!! Ya Allah  tunjukan Kuasa-Mu di hari Anggun ini..!!.”  Setulus doa yang kini menjelma dan terucap dalam bisu. Selamanya terpaut dalam nyanyian rindu dalam kalbu .hasrat dan Cinta dalam Doa.

            “Pakai Baju ini aja Ya Nak??.” Retno menunjukan baju yang sudah kusut dan lusuh. Baju lebaran dua tahun yang lalu. Sikecil diam tanpa kata. Hati Retno kembali bergetar. Saat melihat wajah sikecil tak seceria anak-anak yang lainya. Wajahnya murung tanpa sepotong senyuman. Wajah itu tak bersinar, wajah itu tak menunjujukan cahayanya. Bahagia itu hilang. Hilang ditengaah  lautan  keterbatasan, hancur ditengah samudra kemiskinan dan lebur bersama Idul fitri  .hingga tiada berbekas. Kesedihan yang terpendar kembali membentuk tangisan yang sangat menyakitkan. Maafkan Ibu Nak..!!.”. Ia memeluk si Kecil.

              ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR…..!!!!. takbir meluncur dari speaker masjid. Memanggil setiap jiwa untuk segera bergegas datang kemasjid. Retno dan sikecil berjalan lemah keluar dari rumah. Jalanya semakin lambat, selambat suara takbir yang hilang dari dekapan telinga. Tetesan embun masih menemani setiap depakan langkah mereka.  Pakaian yang lusuh terus menghiasi sikecil. Retno terus menggendongnya  hingga sampai didepan masjid. Si kecil tetap murung.

        " Retno..!!!!! sebuah teriakan tiba-tiba terdengar dari arah belakangya.seperti petir yang menggema disiang hari. tiba-tiba saja suasana alam putih membahana., pelangi membentang indah disetiap sisi langit yang anggun. Keemasan merubah suasana menjadi rana-rana yang indah. Udara semilir ,mengiringi setiap bunga yang gugur dari tangkainya. Merubah kuncup baru , mengganti pesona hidup yang lebih indah. Menjadi hidup yang baru. Dengan dunia yang baru.

       “Mas Ali..!!!.. Oh Suamiku..!!!.” lelaki itu kelauar dari mobil pick-upnya. Berlari cepat secepat gelombang samudra menderuh mengejar pelayaran. Menghancurkan karang-karang kerinduan yang mengakar tiada terhingga. Udara seketika menjadi hangat.

      “Oh Istriku..!!.”.setulus doa yang kini menjelma menjadi pelangi biru. Berlari bersama bait-bait zikir yang terlepas. Ia segera memeluk tubuh Retno dan si kecil. Retno menangis haru tiada terkira. Airmatanya tumpah disela-sela pelukan itu. airmata bahagia mengalir bersama warna-warna cinta yang telah lama pudar. Menggantinya dengan seribu warna baru. Warna yang tak akan pernah luntur untuk selamanya. Untuk hidupnya .untuk akhirnya.

          “Aku rindu Kau mas..!!.” pelukan itu semakin erat menempel. Seerat lautan yang tiada henti menemani pantai. Meski surut, keesokan harinya ia akan datang lagi untuk menepati janjnya. Akan selalu menemani.

            “Mas juga dek , Rindu kamu.. Sangat rindu..!!.”  dekapanya semakin erat.

            “Yah..!!  Lisa rindu Ayah juga..!! Lisa Cinta Ayah..!!.”. kalimat itu muncul dari lisan si kecil. Seperti kalimat tak terduga yang keluar dari selongsongan senapan. Matanya berkaaca-kaca sekilas medengar bahasa si kecil. Ya Allah…!! Inikah anaku yang dulu  hilang..!! Inikah mutiara yang selalu aku rindukan,  Benarkah anaku yang barusan mengucapkan kata itu..??. kalimat yang indah..!!. . tangaya bergetar. Ia menjulurkan tangayna menarik Lisa. Kemudian ia memeluknya penuh dengan kerinduan. Retno menagis memandanginya.

          Iya sayang..!! Ayah rindu kamu juga..!!.”. ketigaya berpelukan haru. Kala sirna dari derita. Cinta menggantikan-nya dengan seribu warna berbeda. Saat episode baru itu mangalir melukiskan harumnya syurga. Hingga beribu malaikat bersenang ria menyaksikan kehangatan keluarga yang telah lama kehilangan harmonis.  Doa-doa terus mengalir dari ribuan malaikat di arsy. Warna-warna cinta kembali membentang indah di sisi hati yang telah lama tak terilhami oleh manisya kehidupan.  Warna-warna itu terus membaur ramah ka angkasa.Alam bersorak riang. Dan matahari bersinar dengan terangya.  Memberi kehangatan pada ketiga hamba allah itu. seolah ingin hanyut pada perkara rumah tangga mereka.


         1 Jam  kemudian

          Si Kecil telah menggunakan pakaian anggun berwarna indah. Dengan motif  bunga tapis disetiap sudutnya. Sangat cantik. Secantik ibunya. Sedangkan retno menggunakan gaun  merah muda yang sangat indah. Dengan sumpalan bunga mawar pada kerudung bagian atasnya.  Kau masih  cantik seperti dulu sayangku…!!.” Suaminya merayu. Retno hanya tersipu malu. Suaminya telah menjadi  bisnismen yang hebat setelah kejadian tsunami itu. ia terus mencari keberadaan Retno dan putrinya selama ini.

         Keduanya turun dari mobil pick up. Menapaki setiap rumput hijau yang bersih. Udara terasa segar. Wangi bunga terus menebar mencemari sekeliling. Keduanya dipertemukan dihari yang indah. Dihari yang suci. hari dimana allah menjanjikan kebahagiaan bagi jiwa-jiwa yng tak mengenal sedih melainkan terus  berdiri. Tak kenal menyerah kecuali berusaha. Dan tak rapuh kecuali berkata mampu.  Senyum keduanya merekat lekat  pada bibirnya. Sikecil Lisa berada digendongan ayahnya. Tak mau lepas entah sampai kapan.

           “ kenapa tak mencari Wanita lain saja Mas Selama ini??.”  Retno bertanya ragu. Suaminya tersenyum datar dan memandangi lekat-lekat wajah istrinya yang teduh. Dengan tegas ia menjawab.

            “Karna  satu Cinta untuk selamanya…!!!.” Aku sayang kamu selamanya..!!!.”. satu kecupan mendarat indah dikening istrinya. Ia tersenyum. Hatinya semakin teduh. ketika Derita menjadi permata , Dunia kembali cerah membahana.



ketika cinta dalam doa menjelma, dunia seindah taman syurga.

Oleh: Dany Novery

Tidak ada komentar:

Posting Komentar